




BAHASA ARAB
“ FA’IL “

ESI SUGIARTI
SEMESTER 1
JURUSAN PERBANKAN
SYARIAH
DOSEN AHMAD MUJIB,M.Pd.I Lc
T.A: 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan atas ke-hadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah BAHASA ARAB, pada semester I, di tahun ajaran 2013, dengan judul “ FA’IL ”.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang FA’IL.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi tahu kita apa yang dimaksud dengan FA’IL, jenis-jenis dan bentuk-bentuknya.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi tahu kita apa yang dimaksud dengan FA’IL, jenis-jenis dan bentuk-bentuknya.
Penyusun
ESI SUGIARTI
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
judul.......................................................................................1
KATA
PENGANTAR.........................................................................................
2
DAFTAR
ISI........................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................
4
I.1.
Latar belakang masalah.....................................................................
4
I.2.
Rumusan masalah .............................................................................
4
I.3.
Tujuan pembahasan...........................................................................
4
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................
5
I.1.
Pengertian FA’IL...............................................................................
5
I.2.
Jenis FA’IL........................................................................................
6
I.3. Tanda-tanda
FA’IL...........................................................................
13
BAB III
PENUTUP............................................................................................15
I.1.
Kesimpulan........................................................................................15
I.2.
Saran..................................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah
penting karena dari situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain
itu, mempelajari Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya ;
karena menurut kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin
memahami Al-Qur’an hukumnya fardlu ‘ain.
Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga
lisannya dari kesalahan dan biasa faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh
karena itulah Ilmu Nahwu harus dipelajari dan difahami lebih didahulu dibanding
ilmu yang lain karena tanpa Ilmu Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami.
C. Rumusan Masalah
1 Sudahkah
kita memahami apa itu fa’il?
2 Apa
saja jenis-jenis fa’il?
3 Apa
saja tanda-tanda fa’il?
D. Tujuan Pembahasan
1 Untuk mengetahui apa itu
fa’il.
2 Untuk mengetahui apa-apa
saja jenis fa’il.
3 Untuk mengetahui
bagaimana tanda-tanda fa’il.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
fa’il
§ Fa’il adalah
isim marfu’ yang terletak setelah fi’il
ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa
Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.
§ Fail secara
bahasa adalah orang yang mengerjakan .
§ Fail menurut
istilah atau yang biasa dikenal subjek , adalah
kata benda yang didahului dengan kata kerja dalam format kalimat dan
menunjukan atas perbuatan orang yang mengerjakan .
§ Fa’il ialah
isim marfu’ yang disebutkan terlebih dahulu fi’ilnya (fi’il yang
me-rafa’-kannya).
§
أَنْوَاعُ
الْفَاعِل
(Macam-Macam Fa’il)
(Macam-Macam Fa’il)

§ 1.
Fa’il yang berupa isim mu’rob
§
نَجَحَ
الْمُجْتَهِدُ فِي الاِمْتِحَانِ
§ 2.
Fa’il yang berupa isim mabni
§
نَجَحَ
الَّذِي اِجْتَهَدَ فِي الاِمْتِحَانِ
§
نَجَحَ
هَذَا الْمُجْتَهِدُ فِي الاِمْتِحَانِ
§
نَجَحَ
فِي الاِمْتِحَانِ
2. Jenis fa’il
قَالَ:
وَالْمُضْمَرُ اثْنَا عَشَرَ، نَحْوَ قَوْلِكَ: (ضَرَبْتُ، وَضَرَبْنَا،
وَضَرَبْتَ، وَضَرَبْتِ، وَضَرَبْتُمَا، وَضَرَبْتُمْ، وَضَرَبْتُنَّ، وَضَرَبَ،
وَضَرَبَتْ، وَضَرَبَا، وَضَرَبُوا، وَضَرَبْنَ).
وَأَقُولُ:
قَدْ عَرَفْتَ فِيمَا تَقَدَّمَ الْمُضْمَرَ مَا هُوَ، وَالْآنَ نُرِفُكَ أَنَّهُ
عَلَى اثْنَيْ عَشَرَ نَوْعًا، وَذَلِكَ لِأَنَّهُ إِمَّا أَنْ يَدُلَّ عَلَى
مُتَكَلِّمٍ، وَإِمَّا أَنْ يَدُلَّ عَلَى مُخَاطَبٍ، وَإِمَّا أَنْ يَدُلَّ عَلَى
غَائِبٍ، وَالَّذِي يَدُلُّ عَلَى مُتَكَلِّمٍ، يَتَنَوَّعُ إِلَى نَوْعَيْنِ:
لِأَنَّهُ إِمَّا أَنْ يَكُونَ الْمُتَكَلِّمُ وَاحِدًا، وَإِمَّا أَنْ يَكُونَ
أَكْثَرَ مِنْ وَاحِدٍ، وَالَّذِي يَدُلُّ عَلَى مَخَاطَبٍ أَوْ غَائِبٍ
يَتَنَوَّعُ كُلٌّ مِنْهُمَا إِلَى خَمْسَةِ أَنْوَاعٍ، لِأَنَّهُ إِمَّا أَنْ
يَدُلَّ عَلَى مُفْرَدٍ مُذَكَّرٍ، وَإِمَّا أَنْ يَدُلَّ عَلَى مُفْرَدَةٍ
مُؤَنَّثَةٍ، وَإِمَّا أَنْ يَدُلَّ عَلَى مُثَنَّى مُطْلَقًا، وَإِمَّا أَنْ
يَدُلَّ عَلَى جَمْعٍ مُذَكَّرٍ، وَإِمَّا أَنْ يَدُلَّ عَلَى جَمْعٍ مُؤَنَّثٍ،
فَيَكُونُ الْمَجْمُوعُ اثْنَيْ عَشَرَ.
Engkau telah mengetahui sebelumnya apa itu fa’il yang
mudhmar. Sekarang kami akan memberitahu engkau bahwa fa’il mudhmar itu ada 12
macam. Hal itu karena ada yang menunjukkan kata ganti orang pertama, ada pula
yang menunjukkan kata ganti orang kedua, dan ada yang menunjukkan kata ganti
orang ketiga. Adapun fa’il mudhmar yang menunjukkan kata ganti orang pertama
terbagi menjadi 2 jenis: ada yang kata ganti orang pertama tunggal, ada yang
kata ganti orang pertama lebih dari satu. Adapun fa’il mudhmar yang menunjukkan
kata ganti orang kedua dan ketiga masing-masing terbagi menjadi 5 macam, karena
ada yang menunjukkan mufrad mudzakkar, mufrad mu`annats, mutsanna, jama’
mudzakkar, dan jama’ mu`annats. Jadi seluruhnya ada 12.
فَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْمُتَكَلِّمِ الْوَاحِدِ، مُذَكَّرًا كَانَ أَوْ مُؤَنَّثًا (ضَرَبْتُ)
وَ(حَفِظْتُ) وَ(اجْتَهَدْتُ).
1.
Contoh fa’il berupa kata ganti orang pertama tunggal,
sama saja mudzakkar atau mu`annats: ضَرَبْتُ, حَفِظْتُ, اجْتَهَدْتُ.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْمُتَكَلِّمِ الْمُتَعَدِّدِ أَوِ الْوَاحِدِ الَّذِي يُعَظِّمُ
نَفْسَهُ وَيُنَزِّلُهَا مَنْزِلَةَ الْجَمَاعَةِ (ضَرَبْنَا) وَ(حَفِظْنَا)
وَ(اجْتَهَدْنَا).
2.
Contoh fa’il berupa kata ganti orang pertama yang
berbilang atau tunggal untuk mengagungkan dirinya dan menempati kedudukan orang
banyak: ضَرَبْنَا,
حَفِظْنَا, اجْتَهَدْنَا.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْمُخَاطَبِ الْوَاحِدِ الْمُذَكَّرِ (ضَرَبْتَ) وَ(حَفِظْتَ)
وَ(اجْتَهَدْتَ).
3.
Contoh fa’il berupa kata ganti orang kedua tunggal
mudzakkar: ضَرَبْتَ, حَفِظْتَ, اجْتَهَدْتَ.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْمُخَاطَبَةِ الْوَاحِدَةِ الْمُؤَنَّثَةِ (ضَرَبْتِ) وَ(حَفِظْتِ)
وَ(اجْتَهَدْتِ).
4.
Contoh fa’il berupa kata ganti orang kedua tunggal
mu`annats: ضَرَبْتِ, حَفِظْتِ, اجْتَهَدْتِ.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْمُخَاطَبَيْنِ الْإثْنَيْنِ مُذَكَّرَيْنِ أَوْ مُؤَنَّثَتَيْنِ
(ضَرَبْتُمَا) وَ(حَفِظْتُمَا) وَ(اجْتَهَدْتُمَا).
5.
Contoh fa’il berupa kata ganti orang kedua untuk dua
orang, baik itu mudzakkar atau mu`annats: ضَرَبْتُمَا, حَفِظْتُمَا,
اجْتَهَدْتُمَا.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْمُخَاطَبِينَ مِنْ جَمْعِ الذُّكُورِ (ضَرَبْتُمْ) وَ(حَفِظْتُمْ)
وَ(اجْتَهَدْتُمْ).
6.
Contoh fa’il berupa kata ganti orang kedua jamak
mudzakkar: ضَرَبْتُمْ, حَفِظْتُمْ, اجْتَهَدْتُمْ.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْمُخَاطَبَاتِ مِنْ جَمْعِ الْمُؤَنَّثَاتِ (ضَرَبْتُنَّ)
وَ(حَفِظْتُنَّ) وَ(اجْتَهَدْتُنَّ).
7.
Contoh fa’il berupa kata ganti orang kedua jamak
mu`annats: ضَرَبْتُنَّ, حَفِظْتُنَّ, اجْتَهَدْتُنَّ.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْوَاحِدِ الْمُذَكَّرِ الْغَائِبِ (ضَرَبَ) فِي قَوْلِكَ (مُحَمَّدٌ
ضَرَبَ أَخَاهُ) وَ(حَفِظَ) فِي قَوْلِكَ (إِبْرَاهِيمُ حَفِظَ دَرْسَهُ)
وَ(اجْتَهَدَ) فِي قَوْلِكَ (خَالِدٌ اجْتَهَدَ فِي عَمَلِهِ).
8. Contoh fa’il
berupa kata ganti orang ketiga tunggal mudzakkar:
- ضَرَبَ pada ucapanmu مُحَمَّدٌ ضَرَبَ أَخَاهُ,
- حَفِظَ pada ucapanmu إِبْرَاهِيمُ حَفِظَ دَرْسَهُ,
- اجْتَهَدَ pada ucapanmu خَالِدٌ اجْتَهَدَ فِي عَمَلِهِ.
وَمِثَالُ ضَمِيرِ
الْوَاحِدَةِ الْمُؤَنَّثَةِ الْغَائِبَةِ (ضَرَبَتْ) فِي قَوْلِكَ (هِنْدٌ
ضَرَبَتْ أُخْتَهَا) وَ(حَفِظَتْ) فِي قَوْلِكَ (سُعَادُ حَفِظَتْ دَرْسَهَا)
وَ(اجْتَهَدَتْ) فِي قَوْلِكَ (زَيْنَبُ اجْتَهَدَتْ فِي عَمَلِهَا).
9. Contoh fa’il
berupa kata ganti orang ketiga tunggal mu`annats:
- ضَرَبَتْ pada ucapanmu هِنْدٌ ضَرَبَتْ أُخْتَهَا,
- حَفِظَتْ pada ucapanmu سُعَادُ حَفِظَتْ دَرْسَهَا,
- اجْتَهَدَتْ pada ucapanmu زَيْنَبُ اجْتَهَدَتْ فِي عَمَلِهَا.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْإِثْنَيْنِ الْغَائِبَيْنِ مُذَكَّرَيْنِ كَانَا أَوْ مُؤَنَّثَتَيْنِ
(ضَرَبَا) فِي قَوْلِكَ (الْمُحَمَّدَانِ ضَرَبَا بَكْرًا) أَوْ قَوْلِكَ
(الْهِنْدَانِ ضَرَبَتَا عَامِرًا) وَ (حَفِظَا) فِي قَوْلِكَ (الْمُحَمَّدَانِ
حَفِظَا دَرْسَهُمَا) أَوْ قَوْلِكَ (الْهِنْدَانِ حَفِظَتَا دَرْسَهُمَا) وَ (اجْتَهَدَا)
مِنْ نَحْوِ قَوْلِكَ (الْبَكْرَانِ اجْتَهَدَا) أَوْ قَوْلِكَ (الزَّيْنَبَانِ
اجْتَهَدَتَا) وَ (قَامَا) فِي نَحْوِ قَوْلِكَ (الْمُحَمَّدَانِ قَامَا
بِوَاجِبِهِمَا) أَوْ قَوْلِكَ (الْهِنْدَانِ قَامَتَا بِوَاجِبِهِمَا).
10. Contoh fa’il berupa kata ganti orang ketiga untuk
dua orang, sama saja baik mudzakkar atau mu`annats:
- ضَرَبَا pada ucapanmu الْمُحَمَّدَانِ ضَرَبَا بَكْرًا atau الْهِنْدَانِ ضَرَبَتَا عَامِرًا,
- حَفِظَا pada ucapanmu الْمُحَمَّدَانِ حَفِظَا دَرْسَهُمَا atau الْهِنْدَانِ حَفِظَتَا دَرْسَهُمَا,
- اجْتَهَدَا pada ucapanmu الْبَكْرَانِ اجْتَهَدَا atau الزَّيْنَبَانِ اجْتَهَدَتَا,
- قَامَا pada ucapanmu الْمُحَمَّدَانِ قَامَا بِوَاجِبِهِمَا atau الْهِنْدَانِ قَامَتَا بِوَاجِبِهِمَا.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْغَائِبِينَ مِنْ جَمْعِ الذُّكُوْرِ (ضَرَبُوا) مِنْ نَحْوِ قَوْلِكَ
(الرِّجَالُ ضَرَبُوا أَعْدَاءَهُمْ) وَ (حَفِظُوا) مِنْ نَحْوِ قَوْلِكَ
(التَّلَامِيذُ حَفِظُوا دُرُوسَهُمْ) وَ (اجْتَهَدُوا) مِنْ نَحْوِ قَوْلِكَ
(التَّلَامِيذُ اجْتَهَدُوا).
11. Contoh fa’il berupa kata ganti orang ketiga jama’
mudzakkar:
- ضَرَبُوا dari ucapanmu الرِّجَالُ ضَرَبُوا أَعْدَاءَهُمْ,
- حَفِظُوا dari ucapanmu التَّلَامِيذُ حَفِظُوا دُرُوسَهُمْ,
- اجْتَهَدُوا dari ucapanmu التَّلَامِيذُ اجْتَهَدُوا.
وَمِثَالُ
ضَمِيرِ الْغَائِبَاتِ مِنْ جَمْعِ الْإِنَاثِ (ضَرَبْنَ) مِنْ نَحْوِ قَوْلِكَ
(الْفَتَيَاتُ ضَرَبْنَ عَدُوَّاتِهِنَّ) وَكَذَا (حَفِظْنَ) مِنْ نَحْوِ قَوْلِكَ
(النِّسَاءُ حَفِظْنَ أَمَانَاتِهِنَّ) وَكَذَا (اجْتَهَدْنَ) مِنْ نَحْوِ
قَوْلِكَ (الْبَنَاتُ اجْتَهَدْنَ).
12. Contoh fa’il berupa kata ganti orang ketiga jama’
mu`annats:
- ضَرَبْنَ dari ucapanmu الْفَتَيَاتُ ضَرَبْنَ عَدُوَّاتِهِنَّ,
- حَفِظْنَ dari ucapanmu النِّسَاءُ حَفِظْنَ أَمَانَاتِهِنَّ,
- اجْتَهَدْنَ dari ucapanmu الْبَنَاتُ اجْتَهَدْنَ.
وَكُلُّ
هَذِهِ الْأَنْوَاعِ الْإِثْنَيْ عَشَرَ السَّابِقَةِ يُسَمَّى الضَّمِيرَ فِيهَا
(الضَّمِيرَ الْمُتَّصِلَ) وَتَعْرِيفُهُ أَنَّهُ هُوَ: الَّذِي لَا يُبْتَدَأُ
بِهِ الْكَلَامُ وَلَا يَقَعُ بَعْدَ (إِلَّا) فِي حَالَةِ الْإِخْتِيَارِ.
Semua 12 jenis yang telah disebutkan, kata ganti
(dhamir) nya disebut dhamir muttashil. Definisi dhamir muttashil adalah dhamir
yang tidak digunakan untuk mengawali kalimat dan tidak terletak setelah “illa”
pada keadaan ikhtiyar.
وَمِثْلُهَا
يَأْتِي فِي نَوْعٍ آخَرَ مِنَ الضَّمِيرِ يُسَمَّى (الضَّمِيرَ الْمُنْفَصِلَ)
وَهُوَ: الَّذِي يُبْتَدَأُ بِهِ وَيَقَعُ بَعْدَ (إِلَّا) فِي حَالَةِ
الْإخْتِيَارِ، تَقُولُ (مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنَا) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا نَحْنُ)
وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنْتَ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنْتِ) وَ (مَا ضَرَبَ
إِلَّا أَنْتُمَا) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنْتُمْ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا
أَنْتُنَّ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هُوَ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هِيَ) وَ (مَا
ضَرَبَ إِلَّا هُمَا) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هُمْ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هُنَّ).
وَعَلَى هَذَا يَجْرِي الْقِيَاسُ. وَسَيَأْتِي بَيَانُ أَنْوَاعِ الضَّمِيرِ
الْمُنْفَصِلِ بِأَوْسَعَ مِنْ هَذِهِ الْإِشَارَةِ فِي بَابِ الْمُبْتَدَأِ
وَالْخَبَرِ.
Contohnya akan datang pada dhamir jenis lain yang
dinamakan dhamir munfashil, yaitu: dhamir yang bisa mengawali kalimat dan bisa
terletak setelah “illa” pada keadaan ikhtiyar. Contoh:
(مَا ضَرَبَ
إِلَّا أَنَا) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا نَحْنُ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنْتَ) وَ
(مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنْتِ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنْتُمَا) وَ (مَا ضَرَبَ
إِلَّا أَنْتُمْ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا أَنْتُنَّ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هُوَ)
وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هِيَ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هُمَا) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا
هُمْ) وَ (مَا ضَرَبَ إِلَّا هُنَّ).
Sesuai pola ini dikiaskan pada yang lain. Akan datang
penjelasan jenis-jenis dhamir munfashil dengan penjelasan lebih luas daripada
yang diisyaratkan di sini di dalam bab mubtada` dan khabar.
3. Tanda-tanda
fa’il
Jika ada fi’il, untuk mancari
fa’ilnya sebagai berikut:
a. Cari isim atau fail yang
kemasukan ان - أن
b. Bernyawa
c. Shighot isim fa’il atau
maf’ul
d. Masdar
e. Jika terdapat fa’il yang maf’ulnya
berupa isim dhomir dan fa’ilnya berupa isim dhohir, maka fa’ilnya berupa a-d
atau berupa benda (tidak bernyawa)
f. didepan kalimat yg jadi fail
tidak ada huruf jernya.
Catatan fa’il:
1. Fa’il tidak harus terletak secara langsung
dibelakang fi’ilnya.
Contoh:
رَجَعَ مِن الْجَامِعَةِ الطَّالِبُ (Mahasiswa itu
telah pulang dari kampus)
ضَرَبَ الْكَلْبَ عَلِيٌّ (Ali memukul anjing)
2. Apabila fa’il tidak terletak secara langsung
dibelakang fi’ilnya, maka untuk fa’il yang muannats, fi’ilnya boleh berbentuk
mufrod muannats atau mufrod mudzakkar.
Contoh:
شَرِبَتْ اللَّبَنَ مَرْيَمُ
Atau:
شَرِبَ اللَّبَنَ مَرْيَمُ
3. Apabila fa’ilnya berupa jamak taksir, maka
fi’ilnya boleh berbentuk mufrod mudzakkar atau mufrod muannats.
Contoh:
لَعِبَ الأَوْلاَدُ أَمَامَ الْمَسْجِدِ
Atau:
لَعِبَتْ الأَوْلاَدُ أَمَامَ الْمَسْجِدِ
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il
ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa
Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.
·
Fail secara bahasa adalah orang yang mengerjakan .
·
Fail menurut istilah atau yang biasa dikenal subjek ,
adalah kata benda yang didahului dengan kata kerja dalam format kalimat dan
menunjukan atas perbuatan orang yang mengerjakan .
·
Fa’il ialah isim marfu’ yang disebutkan terlebih
dahulu fi’ilnya (fi’il yang me-rafa’-kannya).
B.
Saran
Dari
beberapa penjelasan diatas ada saran yang ingin kami sampaikan, sebagai
generasi islam yang turut menyumbang dalam pembangunan bangsa, sebaiknya kita
mengetahui apa itu FA’IL, jenis dan tanda-tandanya, karena itu itu dapat
membantu kita memahami akan bacaan Al-Quran dan paham belajar bahasa arab.
DAFTAR PUSTAKA
1
H. Mardjoko
Idris. MA (2009). Tata Bahasa Arab.
Yogyakarta : Belukar (CMG)
2
Moch. Anwar.
(2009). Ilmu Nahwu. Bandung : Sinar
Baru Algsindo.
3
A. Mus’idin
kamal, S.Pd.I. (2010). Terjemah Nadzom
Imrithy. Benda : Pon.Pes. Al Hikmah